Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Selamat Datang Voice of Indonesia


Kamu pasti pernah nonton siaran Vocie Of America (VOA), itu itu acara televisi yang selalu bercerita kondisi Amerika Serikat saat ini ke dunia internassional. Berita seringnya tentang politik, ekonomoi, pertahanan keamanan dan sosial budaya amerika. Berita musik, olahraga dan kuliner agak jarang tapi ada kok.

Saya termasuk orang yang suka nonton siaran VOA ini, kupasannya komprehensif dan lugas. Selain kualitas jurnalisme yang memang sangat maju disina, faktor kebebasan berpendapat juga sudah sangat matang disana.

Nah kira-kira kalo model serupa hadir di Indonesia. Bakal seperti apa yah?
Apakah berita dan ulasannya juga akan komprehensif dan lugas. Atau beritanya seperti media-media mainstream Indonesia. Cenderung berpihak, timpang, tidak mengendepankan prinsip cover both side. Seyogyanya berita itu harus objektif, tidak memihak kepentingan kelompok tertentu, tidak berkubu.

Agar berita tidak menyesatkan pembaca dengan menggiring mereka ke opini dan kesimpulan tertentu. Parahnya lagi, berita-berita yang disajikan cenderung berita diatas meja, berita hasil browsing internet yang datanya asal comot, lalu diutak-atik, paling sering buatkan grafik perbandingan dalam prosentase. Berita yang dikumpulkan oleh jurnalis manja yang malas turun ke lapangan, jurnalis yang jengah bikin reportase. 

Kupasannya bisa jadi tidak lugas, cenderung hanya membahas kulit-kulit beritanya saja. Beritanya panjang tapi tidak berbobot, informasi yang disampaikan tidak memuat data, melainkan asumsi dan kutipan-kutipan tidak berkualitas. Karena hanya mengejar jumlah berita yang tayang di website, agar memiliki banyak indeks di google. Banyak indeks itu sama dengan domain authority dan page authority di google akan bagus. Berita yang berulang, panjang dan dibagi dalam beberapa halaman akan membuat pembaca mau berlamaa-lama tenggelam dalam berita tersebut, dalam link berita tersebut. Pembaca bisa menghabiskan waktu lebih dari 1 menit untuk membaca berita tersebut, efeknya tingkat bounce rate website akan minim, itu bagus bagi google.

Jika domain authority menekankan pada keaktifkan web tersebut dalam memperbarui kontan. Plus domainnya sering dicari pembaca, maka page authority adalah rerata kunjungan ke masing-masing link berita. Google akan suka juga pembaca tidak hanya membaca satu halaman berita dalam website tersebut, melainkan membaca berita terkait lainnya pada link berita lainnya. Sementara bouce rate menekankan pada jumlah menit yang dihabiskan pembaca saat membaca satu halaman berita. Normalnya kata berbagai sumber adalah 1,3 menit per halaman berita. 

Jika itu semua terpenuhi. Domain authority, page authority, dan bounce rate bagus maka website ini akan disenangin google. Jadilah website berita tersebut dipasangin belasan iklan dari Google Adsense. Artinya itu pemasukan, pendapatan lain media tersebut. Salahkah melakukan itu?

Tentu saja tidak, syah. Karena memang media butuh pemasukan untuk biaya operasioanal. Tapi, tentulah harus tetap menjaga kualitas beritanya, sajian datannya harus lengkap agar mencerdaskan khalayak pembacanya.


Hadirnya Voice Of Indonesia (VoI) semoga menjadi pengobat rindu nitizen Indonesia, atau nitizen dunia terhadap informasi yang berimbang , kaya informasi bermanfaat dan mencerdaskan. Minimal buat para diaspora, perantau asal Indonesai di luar negeri. Sambil berharap dunia luar juga banyak mendapatkan informasi yang positif tentang Indonesia. Tidak dapat berita-berita yang miring-miring dan negatif melulu.

Selamat datang voi.id di jagat jurnalistik Indonesia. Perkayalah sajian berita tulisan dan visual dengan reportase yang mencerahkan.

Posting Komentar untuk "Selamat Datang Voice of Indonesia"