Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Pembalut Charm Extra Comfort

Sejarah Pembalut Charm Extra Comfort. Tahukah Anda kenapa di jaman dahulu para perempuan ketika memintal kapas menjadi benang atau menganyam dedaunan menjadi anyaman, selalu dilakukan sambil duduk diam. Duduk selalu ditempat yang sama, dimana dibagian tempat duduk itu ada lubang yang langsung terhubung ke bawah. Fakta mengejutkan lagi, ternyata aktifitas itu dilakukan saat mereka haid, saat menstruasi. Para perempuan tempo dulu, selama masa menstruasi mereka tidak mengerjakan pekerjaan yang berat-berat.

Di awal Masehi para perempuan belum menggunakan alat bantu apapun saat menstruasi. Mereka menghabiskan waktu untuk duduk di sebuah tempat dengan alas yang mampu menyerap cairan menstruasinya. Kemudian, mulailah digunakan bahan penyerap yang bisa dipasang pada tubuh. Bahan yang digunakan berbeda-beda di setiap negara. Di Mesir Kuno misalnya, mereka menggunakan papirus, di Hawaii menggunakan daun pakis, di Afrika menggunakan lumut rumput atau tanaman lain, sedangkan di Indonesia menggunakan serat sayuran gambar yang dibungkus dengan kapas yang telah dibaluri kemiri. Agak lebih maju, di Jepang sudah menggunakan tampon kertas, di China menggunakan potongan kain atau lap, di Roma menggunakan wol dan di Eropa menggunakan kapas dan spons.

pembalut charm Extra Comfort

Model pembalut perempuan terus mengalami evolusi seiring perkembangan zaman. Di tahun 1867 sempat muncul menstrual cup ( tapi belum seperti mens cup sekarang yang bisa dimasukkan ke dalam ms V ). Model mens cup yang muncul pertama kali berupa mangkuk penyerap cairan yang dimasukkan ke dalam kain dan dikaitkan pada ikat pinggang. ( Weww.. Nggak kebayang repotnya yaa). Tahun 1876, mens cup berbahan karet yang mulai dikenakan banyak perempuan Eropa.

Pada awal abad ke 19, para perawat di rumah sakit Eropa menemukan ide untuk membuat pembalut sekali pakai dari bahan yang tersedia di rumah sakit, perban dan pulp kayu. Ide mereka kemudian diadopsi beberapa perusahaan dan mulai diproduksi massal di era 1900 an. Namun karena harganya yang cukup mahal, hanya kalangan kaya saja yang mampu membelinya. Sebelumnya di tahun 1896, perusahaan Johnson & Johnson sudah memproduksi pembalut sekali pakai dengan harga terjangkau dengan label Lister's Towel. Sayangnya, "handuk organ perempuan" ini kurang diterima di pasaran. Kala itu, iklan yang berbau 'dalaman' masih dianggap tabu, dianggap sensitif. Sehingga tak banyak perempuan yang mengetahui bahwa produk tersebut sudah ada.

Tahun 1926, Dr. Earle Haas menciptakan tampon modern yang dapat dipakai semua kalangan. Produk Mr. Hass ini dipatenkan dengan merk Tampax. Meski begitu, Tampax juga mampu diterima pasar sepenuhnya. Masih ada kekhawatiran akan efek samping dari penggunaan tampon terhadap kesehatan dan aktivitas seksual. 19 tahun kemudian, setelah American Medical Association menyetujui penggunaan Tampax, maka produk ini dapat leluasa menembus dan diterima pasar.

Di Indonesia sendiri, kisah panjang dunia pembalut ini dimulai pada tahun 1976. Softex adalah merk yang menjadi pelopor penggunaan pembalut sekali pakai dan menjadi pemimpin pasar pembalut di tahun 1980-an. Dibawah bendera PT Mozambique dan beroperasi di Jakarta Barat dengan 100 karyawan yang memasarkan produk pembalut dengan merek Softex, kala itu varian yang ditawarkan adalah Saniseal isi 10 lembar. Inilah mungkin menjadi alasan kenapa softex menjadi nama barang atau kategori untuk semua pembalut di Indonesia. Sama dengan Aqua untuk air mineral, odol untuk pasta gigi dan fitsin untuk penyedap rasa.

Lalu bagaimana kisah sejarah pembalut di belahan dunia lainmnya?

Di Mesir Kuno. Perempuan disana memasukkan alat penyerap darah haid ke dalam kelamin mereka, alat itu disebut tampon. Tampon paling tua yang berhasil ditemukan hingga saat ini adalah tampon buatan Mesir Kuno yang berumur 1550 SM. Bahannya berasal dari daun papyrus yang dibasahkan, mirip kertas yang dilembabkan lalu ditaroh di area vital itu. Sementara kaum bangsawan mesir kuno menggunakan tongkat kecil berlapis kain linen.

Di Yunani. Perempuan Yunani kuno beda lagi. Kata Hippocrate, mereka menggunakan tampon yang terbuat dari serpihan kayu yang diisi kain khusus. Jiika haidnya banyak, mereka menggunakan pessary (sejenis cincin IUD). Selanjutnya berkembang, tampon mulai dibuat dengan bahan dari wool yang lembut. Seiring dengan datangnya agama Monotheisme, prilaku memasukkan benda asing ke dalam vagina dilarang keras karena menghilangkan kesucian. Akhirnya masyarakat Eropa mulai meninggalkan penggunaan tampon.

Di Amerika, para wanita Indian, memilih serpihan kulit kayu untuk digunakan sebagai pembalut. Bahan yang sama juga digunakan sebagai popok bayi. Untuk suku Sahnish dari Nebraska, mereka mengenal kulit bison sebagai pembalut. Suku lain menggunakan bulu kelinci dan kucing.

Di Afrika & Australia. Kaum hawa disana menggunakan rumput untuk menyerap darah. Lalu di Jepang & Cina. Mereka sudah mengenal kertas sejak lama sehingga wajar jika mereka menggunakan bahan ini. Tapi gantinya harus puluhan kali dalam sehari meski kertasnya tebal dan dilipat berulang kali. Sementara di Asia Tenggara, konon nenek moyang kita menggunakan daun-daunan kering, termasuk serat buah sayuran gambas untuk menyerap darah haid tersebut.

Anda yang hidup di jaman modren ini, selamat Anda sudah menikmati beragam varian pembalut yang bisa Anda sesuaikan dengan keinginan, kebutuhan dan kenyamanan Anda, salah satunya adalah pembalut charm extra comfort.




Posting Komentar untuk "Sejarah Pembalut Charm Extra Comfort"